Ulasan Film “Rush Hour” oleh Kemal Athalla Rahman

[et_pb_section fb_built=”1″ _builder_version=”4.6.1″ _module_preset=”default” custom_padding=”0px||0px|||”][et_pb_row _builder_version=”4.6.1″ _module_preset=”default” width=”100%” hover_enabled=”0″ sticky_enabled=”0″ custom_padding=”0px|||||”][et_pb_column _builder_version=”4.6.1″ _module_preset=”default” type=”4_4″][et_pb_code disabled_on=”off|off|off” _builder_version=”4.6.1″ text_orientation=”center” hover_enabled=”0″ sticky_enabled=”0″]

Nilai

[/et_pb_code][et_pb_text _builder_version=”4.6.1″ _module_preset=”default” hover_enabled=”0″ sticky_enabled=”0″]

Don’t you ever touch a black man’s radio, boy! You can do that in China but you can get your ass killed out here, man. 

Kutipan diatas melukiskan bagaimana dua orang dari belahan dunia dan juga kepribadian yang berbeda namun ditugaskan untuk menyelesaikan sesuatu bersama. Plot dari film ini berkisar pada hal tersebut. Film ini menceritakan tentang dua detektif, Lee dari Cina dan James Carter dari Amerika Serikat. Mereka ditugaskan untuk menyelamatkan putri dari konsul jenderal RRC untuk AS yang diculik oleh sindikat mafia artefak seni Cina kuno. Tantangan dalam misi mereka sebenarnya bukan dalam menghadapi sindikat tersebut, namun dalam bagaimana mereka berdua bisa bekerja sama. Inspektur Lee adalah orang yang terbiasa bekerja sendiri, sementara Inspektur James Carter adalah seorang detektif FBI yang terkenal bermulut besar dan dikhawatirkan bisa memicu insiden internasional bila ia tetap diikutkan di misi ini. Kerjasama antar mereka pada awalnya pun sangat buruk. Lee yang tidak biasa bekerja dengan orang lain harus mengendalikan James Carter yang beberapa kali menghambat kinerja mereka, sedangkan James tidak bisa mengerti Lee yang seakan-akan tidak bisa diajak bercanda. Namun akhirnya mereka bisa menyelamatkan misi mereka sekaligus menyelamatkan sebuah artefak Cina kuno dari tangan mafia.

Film ini memang bisa dibilang sebuah film komedi receh yang hampir tidak ada kedalaman plot sama sekali. Beberapa orang mungkin akan mengatakan bahwa perbedaan budaya dan relasi Timur-Barat adalah suatu tema besar yang ada di film ini, namun saya sendiri merasa bahwa kedua topik ini tidak terlalu menonjol di film ini. Komedi-komedi yang ada di film ini mungkin cukup cringe jika kita menggunakan standar era sekarang, terutama di bagian-bagian yang cukup rasis (Lee mengucapkan kata “n”), namun jika kita mengingat kembali fakta bahwa film ini dirilis di era 90-an akhir hal ini bisa dimaklumi. Hal yang bagus di film ini selain komedinya adalah angle pengambilan gambar yang berhasil menampilkan kecantikan San Francisco serta aksi-aksi dari Jackie Chan. Menurut saya dua hal inilah yang berhasil membuat film ini sedikit lebih bisa dinikmati.

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Leave a Reply